Ayat yang pertama diturunkan kepada nabi Muhammad saw:
Para
ulama berselisih pendapat tentang ayat Alquran pertama yang diturunkan secara
mutlak. Secara umum ada empat pendapat:
1.
Pendapat pertama:
Bahwa
ayat yang turun pertama kali adalah firman Allah yang berbunyi:
Artinya:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang
mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya. (Al 'Alaq: 1-5).
Pendapat
ini didasarkan pada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
(lafaz hadis sesuai dengan riwayat Bukhari) dengan sanad keduanya, dari Aisyah
Ummul Mukminin ra. ia berkata: Wahyu pertama yang diterima Rasulullah adalah
mimpi yang benar. Setiap kali beliau bermimpi, mimpi itu datang bagaikan
terangnya Shubuh. Kemudian beliau sering menyendiri. Biasanya beliau menyepi di
gua Hira'. Di sana, beliau beribadah bermalam-malam, sebelum kembali kepada
keluarganya (istrinya). Untuk itu beliau membawa bekal. Setelah beberapa hari,
beliau pulang ke Khadijah guna mengambil bekal lagi untuk beberapa malam. Hal
itu terus beliau lakukan, sampai tiba-tiba wahyu datang, ketika beliau sedang
berada di gua Hira'. Malaikat (Jibril as.) datang dan berkata: Bacalah. Beliau
menjawab: Aku tidak dapat membaca. Rasulullah saw. bersabda: Malaikat itu
menarik dan mendekapku, hingga aku merasa kepayahan. Lalu dia melepaskanku
seraya berkata: Bacalah. Aku menjawab: Aku tidak dapat membaca. Dia menarik dan
mendekapku lagi, hingga aku merasa kepayahan. Kemudian dia melepaskan sambil
berkata: Bacalah. Aku menjawab: Aku tidak dapat membaca. Dan untuk yang ketiga
kalinya dia menarik dan mendekapku sehingga aku merasa kepayahan, lalu dia
melepaskanku dan berkata
:
:
Bacalah
dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling Pemurah, yang mengajar
manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
dia ketahui).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pulang
ke rumah Khadijah dalam keadaan gemetar, seraya berkata: Selimutilah aku,
selimutilah aku! Keluarganya pun menyelimutinya, sehingga perasaan takutnya
hilang. Kemudian beliau berkata kepada Khadijah: Hai Khadijah, apa yang telah
terjadi denganku? Lalu beliau menceritakan seluruh peristiwa. Beliau berkata:
Aku benar-benar khawatir terhadap diriku. Khadijah menghibur beliau: Jangan
begitu, bergembiralah. Demi Allah, Allah tidak akan merendahkanmu selamanya.
Demi Allah, sungguh engkau telah menyambung tali persaudaraan, engkau selalu
jujur dalam berkata, engkau telah memikul beban orang lain, engkau suka
mengusahakan kebutuhan orang tak punya, menjamu tamu dan senantiasa membela
kebenaran.
2.
Pendapat kedua:
Ayat pertama yang diturunkan adalah
firman Allah yang berbunyi:
Artinya: “Hai orang yang berkemul
(berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah, dan
pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah”.
(Al Mudatsir: 1-5).
Pendapat ini diperkuat oleh sebuah
hadis yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah dan Abu Salamah bin Abdurrahman
bin Auf.Dalil dari pendapat ini adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua syekh
(Bukhari dan Muslim), dari Yahya bin Abi Katsir, ia berkata: Aku bertanya
kepada Abu Salamah bin Abdurrahman: Ayat Alquran apakah yang pertama kali
diturunkan. Ia menjawab: Aku berkata: “Aku menerima
kabar bahwa yang pertama kali turun adalah Abu Salamah berkata: Aku
telah bertanya kepada Jabir bin Abdullah tentang ayat Alquran yang pertama kali
diturunkan, ia menjawab: _________________Aku pun berkata: Aku
mendapatkan kabar bahwa yang pertama kali turun adalah Ia berkata: Aku tidak menyampaikan
kabar kepadamu kecuali dari ucapan Rasulullah saw: Aku sedang bertahannus
(menyendiri) di Gua Hira', ketika aku sudah selesai, aku turun ke lembah, lalu
aku mendengar suara memanggil, aku melihat ke depan, menengok ke belakang,
menoleh ke samping kanan dan kiri, aku melihat dia (malaikat Jibril) duduk di
atas singgasana antara langit dan bumi. Maka aku segera pulang ke keluargaku
(Khadijah), aku berkata: Selimutilah aku dan tuangkanlah untukku air dingin,
maka turunlah wahyu kepadaku:
Artinya: “Hai orang yang berkemul
(berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah”. (Al
Mudatsir: 1-3).
Pendapat ini dapat dibantah dengan,
bahwa ayat itu adalah ayat yang pertama turun setelah masa jeda dari turun
wahyu, atau bahwa pertanyaan itu tentang turunnya surat dengan lengkap, dan
memang surat Mudatsir diturunkan dengan lengkap sebelum surat Al Alaq turun
secara lengkap.
Sedangkan awal surat Al 'Alaq jelas
merupakan ayat pertama yang diturunkan.
3. pendapat ketiga:
Bahwa yang pertama kali diturunkan
adalah surat Al Fatihah. Pendapat ini, oleh Zamakhsyari dalam tafsirnya,
dinisbahkan kepada sebagian besar ahli tafsir. Ibnu Hajar membantah pendapat
Zamakhsyari, bahwa pendapat ini hanya diungkapkan oleh sebagian kecil ahli
tafsir.
Pendapat ini merujuk kepada riwayat
Baihaqi dalam kitab Fi Dala'ili An Nubuwah (Bukti-bukti Kenabian), dan
Al Wahidi, dari Abu Muyasarah Amru bin Syurahbil bahwa Rasul saw. berkata
kepada Khadijah: Ketika aku sedang menyendiri, aku mendengar seruan, demi Allah
aku khawatir bahwa yang demikian ini akan mendatangkan suatu perkara. Khadijah
berkata: Aku berlindung kepada Allah, sekali-kali Allah tidak akan menimpakan
keburukan kepadamu. Demi Allah, sungguh engkau telah mengemban amanat dengan
baik, menyambung silaturahmi, dan berkata jujur. Ketika Abu Bakar datang, ia
menuturkan kisah Muhammad itu kepadanya, lalu berkata: Pergilah dengan Muhammad
kepada Waraqah (Waraqah bin Naufal). Keduanya berangkat menuju Waraqah dan menceritakan
semua yang dialami. Muhammad berkata: “Ketika aku menyendiri, aku mendengar
seruan dari belakangku: Wahai Muhammad, wahai Muhammad..”, aku lari
meninggalkan seruan itu. Waraqah berkata: “Janganlah engkau bertindak seperti
itu, jika nanti datang kepadamu, tegarlah sampai kamu mendengar kemudian
datanglah kemari dan ceritakan kepadaku”. Ketika sedang menyendiri terdengarlah
suara panggilan:
Wahai Muhammad, katakanlah
Artinya: “Dengan menyebut nama
Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan
semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Yang menguasai hari pembalasan.
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon
pertolongan, Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang
telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang
dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (Al Fatihah: 1-7).
Pendapat ini dapat dibantah dengan
mengatakan bahwa hadis tersebut adalah hadis mursal, sekalipun para perawinya
tsiqat (terpercaya) dan ia tidak dapat menandingi hadis marfu'
yang diriwayatkan Aisyah radhiallahu anha. Pendapat pertama adalah yang paling
kuat.
4. pendapat ke-empat:
Bahwa
yang pertama kali diturunkan adalah
Pendapat ini diperkuat oleh hadis
yang diriwayatkan oleh Al Wahidi dengan sanadnya disandarkan kepada Ikrimah dan
Hasan, mereka berkata: Wahyu pertama yang diturunkan adalah dan awal surat Diriwayatkan oleh
Ibnu Jarir dan lainnya, dari Ibnu Abbas, ia berkata: Wahyu pertama yang
diturunkan oleh Jibril kepada Nabi saw. adalah ucapan Jibril: Wahai Muhammad
bacalah Auzu Billah, aku berlindung kepada Allah. Lalu Jibril berkata: Pendapat
ini dibantah oleh Suyuti, ia berkata: Menurutku hal itu tidak dapat dianggap
sebagai alasan, oleh karena turunnya surat memang selalu disertai dengan
basmalah yang merupakan awal surat setiap wahyu turun. Dr. Muhammad Abu
Syuhbah, dalam bukunya Al Madkhal menanggapi alasan pendapat di atas, ia
berkata: Alasan di atas tidak dapat diterima karena hadis-hadis shahih tentang
turunnya wahyu pertama, yaitu hadis Aisyah dan hadis lainnya tidak pernah
dijumpai turunnya basmalah pada permulaannya.
Hadis
tentang turunnya basmalah ini adalah hadis mursal.
Ayat yang terakhir diturunkan
kepada nabi Muhammad saw:
Tidak
ada hadis-hadis tentang hal itu yang sanadnya sampai ke Nabi saw. akan tetapi
yang ada adalah riwayat dari beberapa sahabat dan tabiin, yang mereka simpulkan
dari apa-apa yang mereka lihat berkenaan dengan turunnya wahyu, dan isyarat
dari beberapa peristiwa yang terjadi, di mana sebagian mereka tidak mendengar
sebagaimana yang telah didengar sebagian yang lain. Sebagian melihat dan yang
lain tidak. Oleh karena itu terjadilah perselisihan pendapat di antara ulama
salaf (terdahulu) mengenai wahyu terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw. Maka muncullah pendapat-pendapat yang semakin meluas:
1.
Pendapat pertama:
Wahyu terakir yang diturunkan
adalah, surat terakhir dari Al Baqarah ayat 281:
Artinya: “Dan peliharalah dirimu
dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian
masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah
dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan)“. Pendapat
ini adalah yang paling kuat dibanding dengan pendapat-pendapat yang lainnya.
Pendapat ini didukung oleh hadis-hadis berikut:
Riwayat Nasai, dari Ikrimah dari Ibnu
Abbas, ia berkata: Wahyu terakhir yang diturunkan adalah “Dan
peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu
semua dikembalikan kepada Allah”.
Riwayat Ibnu Mardawaih dengan
sanadnya, dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia berkata: Ayat terakhir yang
diturunkan adalah: Artinya,
“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu
kamu semua dikembalikan kepada Allah”. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari jalur
Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa ayat terakhir yang diturunkan adalah: dan
dalil-dalil lainnya.
2.
Pendapat kedua:
Artinya: “Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum
dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman”. (Al Baqarah: 278).
Pendapat ini diperkuat dengan sebuah
riwayat dari Bukhari, dari Ibnu Abbas, ia berkata: Ayat terakhir yang turun
kepada Nabi adalah ayat riba.
Diriwayatkan oleh Al Baihaqi, dari Umar
hadis seperti itu. Yang dimaksud dengan ayat riba adalah ayat yang telah
disebutkan di atas.
Bantahan pendapat ini adalah, bahwa ayat
tersebut merupakan ayat terakhir mengenai riba.
3.
Pendapat
ketiga:
Ayat terakhir yang diturunkan adalah
ayat tentang piutang, yaitu firman Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila
kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya”.(Al Baqarah: 282).
A yat ini merupakan ayat terpanjang
dalam Alquran. Alasan dari pendapat ini adalah riwayat dari Abu Ubaid dalam
kitabnya Fadhailu Al Qur'an (Keutamaan Alquran), dari Ibnu Syihab Az
Zuhri, ia berkata: Bagian Alquran terakhir yang ada di Arsy adalah ayat riba
dan ayat piutang. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari jalur Ibnu Syihab, dari
Said bin Musayyab, bahwa telah sampai kepadanya, “Bagian Alquran yang terakhir
ada di Arsy adalah ayat riba dan piutang”. Hadis ini adalah hadis mursal
dan sanadnya sahih.
4.
Pendapat
ke-empat:
Ayat terakhir yang diturunkan adalah
firman Allah: “Mereka
meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: Allah memberikan fatwa
kepadamu tentang kalalah”. (An Nisa': 176). Dan surat terakhir yang turun
adalah surat Baraah.
Alasan dari pendapat ini adalah riwayat
Bukhari dan Muslim, dari Barra' bin Azib, ia berkata: Surat terakhir yang
diturunkan adalah Baraah, dan ayat terakhir yang diturunkan adalah,
Bantahan untuk pendapat ini adalah bahwa
surat Baraah adalah wahyu terakhir mengenai perang dan jihad.
5.
Pendapat
ke lima:
Wahyu terakhir adalah firman Allah:
Dan barangsiapa yang membunuh seorang
mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahanam, kekal ia di dalamnya dan
Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar
baginya.“ (An Nisa': 93).
Pendapat ini diperkuat oleh hadis
riwayat Bukhari dan lainnya, dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Ayat ini adalah
ayat terakhir yang diturunkan, dan tidak dihapus sedikit pun”.
Pendapat ini dapat dibantah bahwa ayat
ini adalah ayat terakhir tentang hukum membunuh orang mukmin dengan sengaja.
Selain itu masih banyak
pendapat-pendapat lain tentang wahyu terakhir yang diturunkan.
D. Kesimpulan
Dapa kita ketahui bahwa ayat yang
pertama turun adalah surat al-‘alaq ayat
1-5, dan ayat yang terakir turu
adalah surat albaqarah ayat 281.
E. Saran
Dalam menentukan ayat pertama dan ayat
terakhir Alquran yang diturunkan kepada nabiMuhammad saw, kita harus meneliti
dan mempelajari ilmunya. Seperti, nasakh wal mansukhnya, asbabun nudzulnya, dan
penafsirannya menurut hadist dan pendapat ulama.
F. Manfaat
a.
Membantu
memahami ayat dan untuk menghindari kesulitannya.
b.
Menghindari
anggapan bahwa sebuah ayat itu terbatas pada hal-hal tertentu, seperti yang
tampak pada lahirnya. Karena yang dijadikan pegangan hukum adalah keumuman
lafaznya bukan kekhususan sebabnya
c.
Mengetahui
kepada siapa ayat itu diturunkan, sehingga tidak keliru dengan orang lain
yang dampaknya akan fatal, sehingga seorang yang tidak bersalah bisa menjadi
tertuduh dan yang bersalah menjadi bebas.
d.
Mempermudah
menghafal dan memahami Alquran.
|
G. Referensi
http://www.qurancomplex.org/Display.asp?section=5&l=ind&f=faqs_ind008,
hadist
sahih bukhari dan muslim, Baihaqi dalam kitab Fi Dala'ili An Nubuwah (Bukti-bukti Kenabian), Muhammad Abu
Syuhbah, dalam bukunya Al Madkhal,
Abu Ubaid dalam kitabnya Fadhailu Al
Qur'an (Keutamaan Alquran), dan sebagian ayat Alquran yang telah
dituliskan diatas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar