1. Ontologi Dakwah
Secara
bahasa kata ontologi dibagi menjadi dua yaitu ontos: seatu yang berwujud, dan
logos: “ilmu atau teori”. Secara istilah adalah ontologi adalah ilmu teori
tentang wujud hakikat yang ada.
Ontologi menurut The Liang Gie (....:53)
merupakan bagaian dari filsafaat sistematis metafisika yaitu filsafat yang
menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara-cara
yang berbeda dalam mana entitas dari kategori-kategori logis yang berlainan (
seperti objek-objek fisis, hal universal, abstaksi, bilangan, dan lain-lain).
Sedangkan pengertian ontologi dalam
buku Desekularisasi Pemikiran Landasan Islamisasi (1987:37) adalah
bagian dari metafisika. Metafisika merupakan bab dari filsafat. Fisika
membicarakan sesuatu yang dapat yang dapat dijangkau oleh panca indra kita,
yakni segala sesuatu yang mempunyai bentuk, rupa, dapat berubah dan terangkai
dengan waktu dan ruang atau dengan kata lain sesuatu itu adalah eksistensi,
sedangkan metafisika membicarakan segala sesuatu yang diangab ada dan
mempersoalkan hakikat sebab dan tujuannya. Hakikat ini tidak dapat dijangkau
oleh indra kita, tak berbentuk, tak berupa, tak berwaktu, dan tak bertempat.
Jadi antalogi adalah bagian dari metafisika yang mempelajari hakikat, dan
digunakan sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan atau dengan kata lain,
menjawab pertayaan tentang apakah hakikat itu. Hal ini sesuai dengan
At-Takatsur ayat 5-8, yang berbunyi:
xx. öqs9 tbqßJn=÷ès? zNù=Ïæ ÈûüÉ)uø9$# ÇÎÈ cãrutIs9 zOÅspgø:$# ÇÏÈ ¢OèO $pk¨XãrutIs9
ú÷ütã ÈûüÉ)uø9$# ÇÐÈ ¢OèO £`è=t«ó¡çFs9 >ͳtBöqt Ç`tã ÉOÏè¨Z9$# ÇÑÈ
Artinya : Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan
yang yakin. Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim. Dan
Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin[1599].
kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu
megah-megahkan di dunia itu).( At-Takatsur: 5-8)
Apa yang dapat kita alami dan amati secara lansung adalah fakta,
sehingga fakta ini disebut fakta empiris,
meliputi seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh pancaindra.
Dapat disimpulkan dari dua pendapat diatas antologi adalah filsafat
yang menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan
cara-cara yang berbeda yang dapat dijangkau oleh panca indra kita.
Pengertian dakwah menurut Muhammad Thahir Harun (2003:29) adalah
pekerjaan pera ulama dan orang-orang yang mimiliki ilmu pengetahuan dalam
agama, sehingga akan membuka mata mereka kepada urusan agama. Sedangkan
pengertian dakwah adalah proses islamisasi yaitu upaya mempertahankan keislaman
setiap menusia yang sudah berislam jauh sebelum lahir kedunia ini dan
mengupayakan orang yang ingkar terhadap islam agar kembali meyakini dan
mengamalkan ajaran islam (Tata, 2009:2).
Jadi ontologi dakwah adalah pemahaman atau pengkajian tentang wujud hakikat dakwah dari
segi hakikat dakwah islam dalam mengkaji problem ontologism dakwah yang juga
menjadi perhatian filsafat dakwah selain ilmu-ilmu lainnya.
1.
Epistimologi
Kata epistemologi dari bahasa
yunani, episteme (pengetahuan, ilmu pengetahuan) dan logos (pengetahuan,
informasi). Dapat dikatakan, pengetahuan tentang pengetahuan. Epistimologi adalah cabang dari filsafat yang membahas persoalan
apa dan bagaimana cara seseorang memperoleh pengetahuan, merupakan bagian
filsafat tentang refleksi manusia atas kenyataan, yang mengurangi metode ilmiah
sesuai dengan hakikat pegetahuan manusia (.....,..:97)
Sedangkan pendapat lain mengemukakan bahwa epistimologi membahas
secara mendalam pengetahuan yang telah ada pada kita, melalui proses deduktif
dan induktif, untuk menjadi ilmu, atau teori, dan catatan peristiwa (Jujun,
1998:39).
Tiga persoalan pokok tentang epistimologi:
a.
Apakah
sumber-sumber pengetahuan itu ? Dari manakah pengetahuan yang benar itu datang
dan bagaimana kita mengetahuinya ?
b.
Apakah sifat
dasar pengetahuan itu ? Apakah ada dunia yang benar-benar ada di luar pikiran
kita. Kalau ada, apa kita dapat mengetahuinya ?
c.
Apakah
pengetahuan kita itu benar ? bagaimanakah kita dapat membedakan yang benar dan
yang salah ?
Secara epistimologi ada 11 tiori dakwah yaitunya :
a.
Teori citra
adalah propesi-propesi sebagai hasil dari istinbath,iqtibas dan istiqra’
mengenai da’i
b.
Teori pesan
adalah tiori mengenai pesan dakwah
c.
Teori
efektifitas adalah sebagai metode dan media dakwah
d.
Teori medan
dakwah adalah mengkaji berbagai persoalan mad’u
e.
Teori dakwah
nafsiyah adalah bagaimana seorang da’i untuk mengangkat keberagamaan mad’unya,
ketika mad’unya sendiri
f.
Teori dakwah
fi’ah adalah tatap muka antara dai dan mad’u yang bersifat dialogis
g.
Teori dakwah
fardiah adalah proses dakwah yang terjadi ketika da’i dan mad’unya bersifat
perorangan dalam bertatap muka secara lansung
h.
Teori dakwah
ummah adalah da’i yang megisi materi seorang dan mad’unya yang banyak
i.
Teori
qadailiyah adalah dakwah yang terjadi
antra suku atau budaya yang berbeda tetapi dalam wilayah satu bangsa
j.
Teori dakwah
syu’abiyah adalah ini terjadi ketika suku atau budaya pada wilayah yang berbeda
2.
Aksiologi
Dakwah
Aksilogi adalah cabang filsafat yang mempelajari cara-cara yang berbeda
dimana sesuatu hal dapat baik atau buruk dan hubungan ini dengan menilai di
satu pihak dengan fakta-fakta eksistensi objektif di pihak lain. Sehingga ia
menilai dari etika tradisional. Etika memusatkan perhatiannya pada nilai-nilai
moral, aksilogi memperluas diri dengan memusatkan perhatiaanya pada semua jenis
nilai. Nilai dalam etika tradisional diartikan sama dengan baik dan jahat,
sedangkan dalam aksiologi, nilai memiliki arti lebih luas lagi meliputi baik /
buruk, serta benar dan salah. Sehinga aksiologi adalah tiori tentang nilai
dalam berbagai makna yang dikandungnya (....,..:129).
Sehingga dalam kajian aksiologi dakwah, mempunyai tujuan yang akan
kita ketahui adalah :
a.
Menjelaskan
realita dakwah sebagai suatu kebenaran. Ini sesuai dengan qur’an surat ke 41
ayat 53 yaitunya :
óOÎgÎã\y $uZÏF»t#uä Îû É-$sùFy$# þÎûur öNÍkŦàÿRr& 4Ó®Lym tû¨üt7oKt öNßgs9 çm¯Rr& ,ptø:$# 3
öNs9urr& É#õ3t y7În/tÎ/ ¼çm¯Rr& 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« îÍky ÇÎÌÈ
Artinya :Kami
akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala
wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al
Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi
atas segala sesuatu?
b.
Mendekatkan
diri kepada Allah adalah suatu kebenaran. Ini terkait dalam surat ke 51 ayat 56
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur wÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
Artinya :dan
aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.
c.
Merealisasikan
kesejahteraan untuk seluruh alam, ini terdapat dalam surat ke 21 ayat 107 :
!$tBur »oYù=yör& wÎ) ZptHôqy úüÏJn=»yèù=Ïj9 ÇÊÉÐÈ
Artinya:
dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam.
KESIMPULAN
ontologi dakwah adalah pemahaman atau pengkajian tentang wujud hakikat dakwah dari
segi hakikat dakwah islam dalam mengkaji problem ontologism dakwah yang juga
menjadi perhatian filsafat dakwah selain ilmu-ilmu lainnya
Epistimologi adalah cabang dari filsafat yang membahas persoalan
apa dan bagaimana cara seseorang memperoleh pengetahuan, merupakan bagian
filsafat tentang refleksi manusia atas kenyataan, yang mengurangi metode ilmiah
sesuai dengan hakikat pegetahuan manusia
Aksilogi adalah cabang
filsafat yang mempelajari cara-cara yang berbeda dimana sesuatu hal dapat baik
atau buruk dan hubungan ini dengan menilai di satu pihak dengan fakta-fakta
eksistensi objektif di pihak lain
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad
Sulthan. Desain ilmu dakwah.....
Saefuddin et
al. Sekularisasi Pemikiran, landasan Islamisasi: Mizan Bandung 1998
Hasnun Jauhari
Ritonga” Landasan Epistemologi Komunikasi Islam” dalam http://manajemendakwah-iainsu-medan.blogspot.com, 2010
Dr. P. Hardono
Hadi, Epistemolgi Filsafat Pengetahuan, Penerbit Kanisius (anggota IKAPI)
Yogyakarta, 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar