Senin, 01 Februari 2016

KEILMUAN DAKWAH SEBAGAI ILMU DALAM KAJIAN ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI DAKWAH

1.      Ontologi Dakwah
Secara bahasa kata ontologi dibagi menjadi dua yaitu ontos: seatu yang berwujud, dan logos: “ilmu atau teori”. Secara istilah adalah ontologi adalah ilmu teori tentang wujud hakikat yang ada.
Ontologi menurut The Liang Gie (....:53) merupakan bagaian dari filsafaat sistematis metafisika yaitu filsafat yang menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara-cara yang berbeda dalam mana entitas dari kategori-kategori logis yang berlainan ( seperti objek-objek fisis, hal universal, abstaksi, bilangan, dan lain-lain).
Sedangkan pengertian ontologi dalam buku Desekularisasi Pemikiran Landasan Islamisasi (1987:37) adalah bagian dari metafisika. Metafisika merupakan bab dari filsafat. Fisika membicarakan sesuatu yang dapat yang dapat dijangkau oleh panca indra kita, yakni segala sesuatu yang mempunyai bentuk, rupa, dapat berubah dan terangkai dengan waktu dan ruang atau dengan kata lain sesuatu itu adalah eksistensi, sedangkan metafisika membicarakan segala sesuatu yang diangab ada dan mempersoalkan hakikat sebab dan tujuannya. Hakikat ini tidak dapat dijangkau oleh indra kita, tak berbentuk, tak berupa, tak berwaktu, dan tak bertempat. Jadi antalogi adalah bagian dari metafisika yang mempelajari hakikat, dan digunakan sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan atau dengan kata lain, menjawab pertayaan tentang apakah hakikat itu. Hal ini sesuai dengan At-Takatsur ayat 5-8, yang berbunyi:
žxx. öqs9 tbqßJn=÷ès? zNù=Ïæ ÈûüÉ)uø9$# ÇÎÈ   žcãruŽtIs9 zOŠÅspgø:$# ÇÏÈ   ¢OèO $pk¨XãruŽtIs9
šú÷ütã ÈûüÉ)uø9$# ÇÐÈ   ¢OèO £`è=t«ó¡çFs9 >ͳtBöqtƒ Ç`tã ÉOŠÏè¨Z9$# ÇÑÈ  
Artinya : Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin. Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim. Dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin[1599]. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).( At-Takatsur: 5-8)

Apa yang dapat kita alami dan amati secara lansung adalah fakta, sehingga fakta ini disebut fakta empiris,  meliputi seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh pancaindra.
Dapat disimpulkan dari dua pendapat diatas antologi adalah filsafat yang menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara-cara yang berbeda yang dapat dijangkau oleh panca indra kita.
Pengertian dakwah menurut Muhammad Thahir Harun (2003:29) adalah pekerjaan pera ulama dan orang-orang yang mimiliki ilmu pengetahuan dalam agama, sehingga akan membuka mata mereka kepada urusan agama. Sedangkan pengertian dakwah adalah proses islamisasi yaitu upaya mempertahankan keislaman setiap menusia yang sudah berislam jauh sebelum lahir kedunia ini dan mengupayakan orang yang ingkar terhadap islam agar kembali meyakini dan mengamalkan ajaran islam (Tata, 2009:2).
Jadi ontologi dakwah adalah pemahaman atau pengkajian tentang wujud hakikat dakwah dari segi hakikat dakwah islam dalam mengkaji problem ontologism dakwah yang juga menjadi perhatian filsafat dakwah selain ilmu-ilmu lainnya.
1.      Epistimologi
Kata epistemologi dari bahasa yunani, episteme (pengetahuan, ilmu pengetahuan) dan logos (pengetahuan, informasi). Dapat dikatakan, pengetahuan tentang pengetahuan. Epistimologi adalah cabang dari filsafat yang membahas persoalan apa dan bagaimana cara seseorang memperoleh pengetahuan, merupakan bagian filsafat tentang refleksi manusia atas kenyataan, yang mengurangi metode ilmiah sesuai dengan hakikat pegetahuan manusia (.....,..:97)
Sedangkan pendapat lain mengemukakan bahwa epistimologi membahas secara mendalam pengetahuan yang telah ada pada kita, melalui proses deduktif dan induktif, untuk menjadi ilmu, atau teori, dan catatan peristiwa (Jujun, 1998:39).

Tiga persoalan pokok tentang epistimologi:
a.       Apakah sumber-sumber pengetahuan itu ? Dari manakah pengetahuan yang benar itu datang dan bagaimana kita mengetahuinya ?
b.      Apakah sifat dasar pengetahuan itu ? Apakah ada dunia yang benar-benar ada di luar pikiran kita. Kalau ada, apa kita dapat mengetahuinya ?
c.       Apakah pengetahuan kita itu benar ? bagaimanakah kita dapat membedakan yang benar dan yang salah ?
Secara epistimologi ada 11 tiori dakwah yaitunya :
a.       Teori citra adalah propesi-propesi sebagai hasil dari istinbath,iqtibas dan istiqra’ mengenai da’i
b.      Teori pesan adalah tiori mengenai pesan dakwah
c.       Teori efektifitas adalah sebagai metode dan media dakwah
d.      Teori medan dakwah adalah mengkaji berbagai persoalan mad’u
e.       Teori dakwah nafsiyah adalah bagaimana seorang da’i untuk mengangkat keberagamaan mad’unya, ketika mad’unya sendiri
f.        Teori dakwah fi’ah adalah tatap muka antara dai dan mad’u yang bersifat dialogis
g.       Teori dakwah fardiah adalah proses dakwah yang terjadi ketika da’i dan mad’unya bersifat perorangan dalam bertatap muka secara lansung
h.       Teori dakwah ummah adalah da’i yang megisi materi seorang dan mad’unya yang banyak
i.         Teori qadailiyah adalah dakwah yang terjadi  antra suku atau budaya yang berbeda tetapi dalam wilayah satu bangsa
j.        Teori dakwah syu’abiyah adalah ini terjadi ketika suku atau budaya pada wilayah yang berbeda


2.      Aksiologi Dakwah
Aksilogi adalah cabang filsafat yang mempelajari cara-cara yang berbeda dimana sesuatu hal dapat baik atau buruk dan hubungan ini dengan menilai di satu pihak dengan fakta-fakta eksistensi objektif di pihak lain. Sehingga ia menilai dari etika tradisional. Etika memusatkan perhatiannya pada nilai-nilai moral, aksilogi memperluas diri dengan memusatkan perhatiaanya pada semua jenis nilai. Nilai dalam etika tradisional diartikan sama dengan baik dan jahat, sedangkan dalam aksiologi, nilai memiliki arti lebih luas lagi meliputi baik / buruk, serta benar dan salah. Sehinga aksiologi adalah tiori tentang nilai dalam berbagai makna yang dikandungnya (....,..:129).
Sehingga dalam kajian aksiologi dakwah, mempunyai tujuan yang akan kita ketahui adalah :
a.       Menjelaskan realita dakwah sebagai suatu kebenaran. Ini sesuai dengan qur’an surat ke 41 ayat 53 yaitunya :
óOÎgƒÎŽã\y $uZÏF»tƒ#uä Îû É-$sùFy$# þÎûur öNÍkŦàÿRr& 4Ó®Lym tû¨üt7oKtƒ öNßgs9 çm¯Rr& ,ptø:$# 3
 öNs9urr& É#õ3tƒ y7În/tÎ/ ¼çm¯Rr& 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« îÍky­ ÇÎÌÈ  
Artinya :Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?

b.      Mendekatkan diri kepada Allah adalah suatu kebenaran. Ini terkait dalam surat ke 51 ayat 56
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ  
Artinya :dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
c.        Merealisasikan kesejahteraan untuk seluruh alam, ini terdapat dalam surat ke 21 ayat 107 :
!$tBur š»oYù=yör& žwÎ) ZptHôqy šúüÏJn=»yèù=Ïj9 ÇÊÉÐÈ  
Artinya: dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.




KESIMPULAN
ontologi dakwah adalah pemahaman atau pengkajian tentang wujud hakikat dakwah dari segi hakikat dakwah islam dalam mengkaji problem ontologism dakwah yang juga menjadi perhatian filsafat dakwah selain ilmu-ilmu lainnya
Epistimologi adalah cabang dari filsafat yang membahas persoalan apa dan bagaimana cara seseorang memperoleh pengetahuan, merupakan bagian filsafat tentang refleksi manusia atas kenyataan, yang mengurangi metode ilmiah sesuai dengan hakikat pegetahuan manusia
 Aksilogi adalah cabang filsafat yang mempelajari cara-cara yang berbeda dimana sesuatu hal dapat baik atau buruk dan hubungan ini dengan menilai di satu pihak dengan fakta-fakta eksistensi objektif di pihak lain

DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Sulthan. Desain ilmu dakwah.....

Saefuddin et al. Sekularisasi Pemikiran, landasan Islamisasi: Mizan Bandung 1998  

Hasnun Jauhari Ritonga” Landasan Epistemologi Komunikasi Islam” dalam http://manajemendakwah-iainsu-medan.blogspot.com, 2010

Ulil Albaab “Kajian Ontologi Dakwah Islamiyah” dalam http://pgr3gp.blogspot.com, 2009


Dr. P. Hardono Hadi, Epistemolgi Filsafat Pengetahuan, Penerbit Kanisius (anggota IKAPI) Yogyakarta, 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar